Achsanul dan Loyalitas Tak Berbatas Madura United. đ
Surabaya (beritajatim.com)âKabar itu begitu menyentak. Mengagetkan. Prof. Dr. Achsanul Qosasi, CSFA., CFrA., CGCAE, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), ditetapkan sebagai tersangka kasus BTS Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) Jakarta. Dia diduga terlibat tindak pidana korupsi senilai Rp40 miliar
Achsanul, figur profesional yang pernah terjun di ranah politik praktis sebagai politikus Partai Demokrat (PD). Di partai berlambang bintang Mercy itu, Achsanul pernah melenggang ke kursi DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Madura berdasar hasil Pemilu 2009.
Achsanul lahir di Kabupaten Sumenep, Madura, 10 Januari 1966. Dia keturunan kiai besar di Pulau Garam, yang kemudian âbanting setirâ ke dunia profesional: Sebagai profesional bidang perbankan, pejabat bidang keuangan negara, dan beberapa kali terpilih sebagai anggota BPK: Auditor negara.
Pada diri Achsanul melekat banyak kapasitas dan label. Bukan sekadar politikus. Tidak hanya profesional bidang keuangan negara. Bukan sekadar bankir. Buka pula sekadar aktivis sosial politik dan kemasyarakatan. Yang penting dicatat dari kapasitas Achsanul adalah sebagai pegiat, aktivis, dan leader persepakbolaan profesional di Pulau Madura. Klub Madura United (MU) begitu identik dan melekat dengan Achsanul.
Madura United berlaga di Liga I. Achsanul menghidupkan dan mengembangkan sepak bola profesional di Pulau Madura. Klub ini lahir pascareformasi 1998. Jasa Achsanul begitu besar dan banyak di klub MU. Namanya tak mungkin dilepaskan dari institusi MU sebagai klub profesional. Nama Achsanul begitu melembaga dikaitkan dengan MU. Bukan sekadar karena dukungan finansial dan jejaring yang dimiliki Achsanul untuk bisa mendukung klub ini. Achsanul bekerja ekstrakeras mentransmisikan nilai-nilai manajemen modern klub sepak bola profesional di internal MU.
Itu semua butuh proses pembelajaran yang tak mudah. Membutuhkan langkah adaptasi yang bersifat inkremental, step by step. Termasuk mengadaptasi antara nilai-nilai profesional manajemen klub sepak bola modern dengan nilai-nilai lokal dalam perspektif sosial, budaya, dan lainnya. Achsanul dengan sabar dan telaten menjalankan itu semua. Dia mampu mensintesakan kedua nilai itu secara apik minus gejolak dan friksi.
Mengawinkan antara nilai manajemen klub sepak bola profesional dengan nilai-nilai lokal secara pas dan padu. Arif dan bijaksana. Tanpa benturan. Minus gesekan. Tak ada friksi. Sehingga klub MU bisa menjadi ikon dan kebanggaan warga Madura. Baik mereka yang bertempat tinggal di Pulau Madura maupun warga Madura yang berada di provinsi-provinsi lain.
Baca Juga:Â Achsanul Qosasi Jadi Tersangka Korupsi BTS, Langsung Ditahan
Diaspora warga Madura ada di mana-mana. Mereka memiliki mobilitas sosial ekonomi tinggi. Warga Madura dikenal dengan karakternya yang struggle. Tahan banting. Pekerja keras. Cepat beradaptasi dengan lingkungan sosial baru. Nilai kultur kekerabatan orang Madura sangat tinggi. Sehingga tak heran banyak warga Madura dan atau keturunan Madura yang tersebar di banyak wilayah di Indonesia maupun mancanegara.
Klub MU telah menjadi ikon baru warga Madura. Khususnya kalangan generasi muda Madura yang gandrung sepak bola. MU itu ekspektasi sekaligus kebanggaan baru warga Madura. Konsistensi Achsanul menyentuh dan mengelola manajemen klub ini tak ada yang meragukan.
Bukan setahun dua tahun Achsanul merawat klub MU. Kebesaran nama MU tak diposisikan dan tak dimanfaatkan oleh Achsanul sebagai âpijakan politikâ untuk melakukan mobilitas vertikal dalam perspektif politik untuk dirinya sendiri. Ikon dan kebanggaan baru warga Madura ini, khususnya di kalangan generasi muda, telah selevel dengan klub-klub lawas di Indonesia, seperti Persebaya Surabaya, Arema Malang, Persela Lamongan, Persija Jakarta, Persib Bandung, PSM Makassar, Persipura Jayapura, dan banyak klub profesional lainnya.
Karena itu, kabar Achsanul ditahan Kejagung di kasus dugaan korupsi proyek menara base transceiver station (BTS) 4G, karena diduga menerima suap sebesar Rp40 miliar sungguh mengejutkan. âTim penyidik Kejagung telah memanggil saudara AQ selaku saksi dalam perkara adanya dugaan tindak pidana korupsi penerimaan uang sebesar kurang lebih Rp40 miliar yang diduga terkait dengan jabatan,â ujar Direktur Penyidikan Jampidsus Kejaksaan Agung (Kejagung) Kuntadi dalam jumpa pers di Gedung Kejagung, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Achsanul dan klub sepak bola MU begitu identik. Bagai dua sisi dalam satu keping mata uang. Dia yang tercatat pernah mengenyam pendidikan gelar sarjana ekonomi dari Universitas Pancasila, meraih gelar magister dari Jose Rizal University, Filipina, dan menyandang gelar doktor (S3) bidang Administrasi Bisnis, Universitas Padjajaran (2018) itu telah âmewakafkanâ sebagian tempo jalan hidupnya untuk klub MU. Kerja keras, pengorbanan, dan loyalitasnya kepada MU bersifat total. Loyalitas tanpa batas, tanpa pamrih, dan tanpa mengharapkan pujian dari siapa pun.
Mungkin itu wujud riil darma baktinya kepada tanah leluhurnya: Pulau Madura. [air/ted]
—
Ikuti kami di đhttps://bit.ly/392voLE
#beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp