Anies: Dulu Tidak Semua Orang Senang Indonesia Merdeka. 👇
Jember (beritajatim.com) – Anies Baswedan, kandidat presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, bercerita soal suasana yang terjadi dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tidak semua orang siap menerima perubahan saat itu.
“Di mana-mana disebarkan opini bahwa yang mau merdeka itu hanya sekelompok orang kecil. Rombongan Soekarno, Hatta, Sjahrir, itu yang ingin merdeka. Yang lain-lain tidak mau merdeka,” kata Anies di hadapan seribu orang relawan Haji Charles Meikyansah (HCM) di ballroom Hotel Bandung Permai, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (29/10/2023).
Cucu pahlawan nasional AR Baswedan ini mengatakan, saat itu tentara sekuru dan Belanda kembali datang ke Indonesia. “Dan digaungkan pesan bahwa rakyat tetap ingin dalam kondisi zaman normal, dan tidak ingin masuk ke zaman merdeka,” katanya.
“Tapi apa yang terjadi? Rakyat bersama-sama mengatakan: bila anda masuk lagi ke tanah kami, maka akan kami akan hibahkan nyawa untuk mengusir anda keluar dari tanah ini. Semua berbondong-bondong menjadi sebuah gerakan,” kata Anies.
Saat ini, Anies dan Muhaimin sedang mengusahakan perubahan. “Ini bukan tentang satu dua orang. Kalau untuk kenyamanan, sekadar untuk dapat kekuasaan ekonomi, kekuasaan politik, dapat lisensi, dapat izin-izin, enakan berada di luar perubahan. Tidak usah repot-repot. Tapi Nasdem, PKS, PKB memilih melakukan perubahan,” kata Anies.
Anies meminta agar rakyat tidak membiarkan tiga partai itu berjuang sendirian. “Kita terlibat, karena kenyataannya yang melakukan perubahan adalah angka suara di TPS. Bila kita menang di TPS-TPS di Jember, insyallah menang di TPS-TPS di Jawa Timur. Bila kita menang di TPS-TPS di Jawa Timur, insyaalah kita menang di seluruh Indonesia,” katanya.
Anies menegaskan, pemilihan presiden kali ini berbeda dengan yang dulu. “:Kali ini ada idealisme besar yang sedang ditawarkan, ada idealisme besar yang sedang diajukan. Kalau setahun kemarin tidak ada ujian apa-apa, boleh anda bilang ini bagi-bagi kursi. Tapi setahun ini kita diuji, biarkan rakyat menilai ada orang-orang yang merasakan kenyamanan di dalam kekuasaan, tapi ada yang memilih berjuang bersama rakyat kebanyakan dengan segala macam kesulitannya,” katanya.
Anies mengajak para relawan untuk bekerja bersama. “Semua yang kita kerjakan punya dampak. Mungkin tidak diketahui masyarakat umum, tapi insyaallah dicatat jadi amal soleh perjuangan kita semua. Minimal kita bisa bercerita pada diri sendiri, anak-anak, cucu kita nanti, kalau melihat Indonesia berubah insyallah lebih adil: Nak, dulu Bapak dan Ibumu ini ikut bekerja membuat ini semua bisa terjadi,” katanya.
“Itu juga yang ada pada orang tua – orang tua kita saat memperjuangkan kemerdekaan. Yang diingat dari peristiwa di Surabaya adalah Bung Tomo yang berpidato. Tapi puluhan ribu orang yang bekerja dan berjuang di tiap-tiap keluarga akan diingat,” kata Anies.
“Setiap kali saya bertemu keluarga (pahlawan), selalu ada cerita: ini dulu yang ikut bertempur, makamnya ada di sinii, dan mereka bercerita dengan rasa bangga. Tidak ada anak cucu orang yang dulu bekerja dengan kolonial Belanda bercerita dengan bangga. Kalau bisa jangan diceritakan kalau mbah ikut Belanda. Malu,” kata Anies. [wir]
—
Ikuti kami di 👉https://bit.ly/392voLE
#beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp