Skip to content

Jokowi Dinilai Terseret Toxic Relationship, Pengamat Jatim: Terlalu Menikmati Kekuasaan Fisherman’s Friend

  • by

Jokowi Dinilai Terseret Toxic Relationship, Pengamat Jatim: Terlalu Menikmati Kekuasaan. 👇

Surabaya (beritajatim.com)

Berikut ini adalah artikel berita yang telah saya tulis ulang dengan menggunakan kata-kata saya sendiri:

Aria Bima, seorang politikus dari PDIP, mengkritik adanya hubungan yang tidak sehat di antara para menteri kabinet pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Dia menilai, hubungan tersebut membuat citra Presiden Jokowi menurun di mata publik.

“Ada hubungan yang tidak sehat, ada pengaruh orang-orang di sekeliling Pak Jokowi yang cenderung tidak sehat ini juga mulai masuk orang-orang orde baru misalnya ada Pak Prabowo Subianto yang mengusulkan Mas Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi wakilnya,” ujar Aria Bima, saat berada di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Surokim Abdussalam, seorang Peneliti Senior SSC, mendukung pernyataan Aria Bima. Menurutnya, Jokowi terlihat terlalu menikmati permainan politik elit sehingga tidak menyadari bahwa dia terbawa arus kekuasaan yang pragmatis dan elitis.

“Ya kelihatannya terlalu menikmati permainan politik elit hingga tidak menyadari bahwa dia terbawa perlahan-lahan oleh arus yang membawanya pada pusaran kekuasaan yang pragmatis dan elitis. Padahal, kekuasaan seharusnya berada di tangan publik dan itu bisa menjadi modal dalam menjaga martabat dan kehormatannya,” kata Wakil Rektor III Universitas Trunojoyo Madura ini saat dihubungi, Selasa (31/10/2023).

Dia menjelaskan, kekuasaan memang seperti candu sehingga para pemegang kekuasaan cenderung untuk mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara. Namun, bagi para negarawan kekuasaan itu hanya merupakan sarana pengabdian yang terbatas oleh ruang dan waktu.

“Jadi sebenarnya tidak ada yang harus dipertahankan dengan cara-cara yang melanggar etika dan kewajaran publik,” kata Surokim.

Dia mengatakan, kekuasaan dalam pandangan para pengabdi sejatinya lebih banyak dianggap sebagai media latihan, ujian dan hakikatnya uji konsistensi para pejabat terhadap kebajikan publik.

“Jika dalam menjalankan kekuasaannya masih menggunakan logika dan istiqomah memperjuangkan kebajikan publik maka kekuasaan itu biasanya amanah dan bermanfaat. Sebaliknya juga begitu. Kita semua berharap Pak Jokowi bisa istiqomah berada kembali dalam pandangan dan hati rakyatnya,” tutupnya.

Baca Juga: Golkar Surabaya Targetkan Prabowo-Gibran Menang di Kandang Banteng

Dia menambahkan, pada akhir periode pemerintahannya Presiden Jokowi mulai menjauh dari kebajikan publik sehingga semakin sulit menjaga jarak dengan kekuatan-kekuatan pragmatis yang dulu pernah dia lawan. Hal itulah yang membuat Presiden Jokowi bingung memahami esensi dari kebajikan publik.

Dia menyarankan, harus ada yang mengingatkan Presiden Jokowi agar bisa kembali istiqomah dalam menjaga akal kekuasaan pro-publik. Kembali lagi pada logika kekuasaan bersama rakyat kecil, bersama akal publik dan tidak berada dalam zona nyaman memandang kekuasaan sebagai alat pribadi dan keluarga.

“Pak Jokowi sebagai anak hasil reformasi harus kembali ke esensi perjuangan reformasi dan jangan ikut arus pada perjuangan nilai yang bertentangan dengan semangat reformasi,” imbuhnya.

(ted)


Ikuti kami di 👉https://bit.ly/392voLE
#beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp