Musim Pancaroba, Warga Langsar Sumenep Gelar Ritual Cahe. đ
Sumenep (beritajatim.com) â Warga Desa Langsar, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura, hingga saat ini masih melestarikan budaya turun temurun serupa doa bersama di Gua Mandalia, dusun Karoko, Desa Langsar. Utamanya saat musim pancaroba warga Langsar Sumenep menggelar ritual bernama Cahe yakni tradisi doa bersama di Gua Mandalia.
Ritual yang disebut âCaheâ atau âbarlobaranâ itu digelar ketika memasuki musim pancaroba seperti sekarang. Peralihan musim dari kemarau ke penghujan itu menjadi tanda segera dimulainya masa tanam jagung. Sebagian besar warga Desa Langsar memang bercocok tanam jagung.
Ritual itu tidak hanya diikuti warga Desa Langsar, tetapi juga warga desa lain yang letaknya berdekatan, seperti Desa âDhedheâ, dan Tanjung.
BACA JUGA:Kejurnas Ajang Promdek Puslatda Jelang PON Sumatera Aceh
âCahe ini sebenarnya merupakan ritual yang berisi doa bersama, agar selamat dan hasil panennya nanti bagus,â kata salah satu pemerhati Budaya Sumenep, Fadel Abu Aufa, Minggu (05/11/2023).
Ritual kuno ini dipimpin oleh sesepuh dan tokoh masyarakat setempat. Selama ritual dengan iringan musik tradisional khas Sumenep, para sesepuh akan berkeliling gua sambil melantunkan kidung atau dalam Bahasa Madura disebut ângejhungâ. Kidung yang dinyanyikan itu berbahasa Madura kuno yang tidak semua orang tahu artinya.
âYang jelas kidung itu berisi doa dan pengharapan kepada Yang Kuasa, agar dijauhkan dari musibah,â ujar Fadel.
Ritual itu akan diakhiri dengan makan bersama dengan warga sekitar. Saat ritual ini dimulai, masyarakat sekitar datang ke gua sambil membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya. Selama ritual berlangsung, makanan yang dibawa warga itu diletakkan di dalam gua.
BACA JUGA:Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IXÂ Gelar Gaung Sakala Bhumi Majapahit 2023Â
âNanti di akhir acara, setelah dibacakan doa sebagai penutup ritual, makanan yang ditaruh di dalam gua itu akan dimakan beramai-ramai. Ini juga disebut sebagai âtopak lobar,â ujar Fadel.
Ritual Cahe ini digelar setahun dua kali, yakni ketika masa pancaroba atau memasuki masa tanam, kemudian masa setelah panen tiba, sebagai bentuk syukur atas panen jagung.
âKalau yang setelah panen itu biasanya ada sesajen yang dilarungka ke laut menggunakan perahu,â tuturnya. (Tem/Aje)
—
Ikuti kami di đhttps://bit.ly/392voLE
#beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp