Nasib Para Pengrajin Sandal di Kota Mojokerto Pasca TikTok Shop Ditutup. 👇
Mojokerto (beritajatim.com) – Sudah satu bulan TikTok Shop ditutup menyusul kebijakan pemerintah yang melarang media sosial (medsos) memiliki fungsi ganda sebagai e-commerce. Meski produksi dalam skala besar, kebijakan tersebut cukup dirasa para pengrajin sandal di Kota Mojokerto.
Salah satu pengrajin sandal yang merasakan dampaknya yakni Moch Yani (46). Rumah dan juga tempat produksi sandal kulit milikya di Jalan Suromulang timur 2 no 8, perumahan Citra Surodinawan Estate, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto ini sepi aktivitas penjualan online.
Meski bapak tiga anak ini masih melayani pesanan secara online setiap harinya ke seluruh daerah di Indonesia. Dalam satu hari penjualan online sandal kulit miliknya kurang lebih 400 sampai 500 pasang, namun dengan kebijakan pemerintah tersebut pendapatannya turun hingga 30 persen.
Baca Juga: Soal Terorisme, PCNU Surabaya Kecam Politisi yang Anggap Pengalihan Isu
“Turun 30 persen. Saya khusus sandal kulit untuk laki-laki. Mulai tahun 2007, 2008 ekspor tujuan di Yaman, Timur Tengah terakhir 2019 bukan karena pandemi tapi karena di negara tujuan terjadi konflik kemudian beralih memenuhi suplay pasar online,” ungkapnya, Sabtu (4/11/2023).
Masih kata Yani, ia bekerja sama dengan orang Sidoarjo dalam pemasarannya karena ia lebih memenuhi untuk produksi. Selain itu, ia juga memanfaatkan TikTok Shop, Intagram dan influencer untuk penjualan. Dalam sehari, ia mampu menjual menjual 400 sampai 500 pasang sandal kulit atau 10 ribu pasang dalam sebulan.
Seorang karyawan yang sedang membuat sandal.
“Untuk penjualan offline, saya pakai sistem jemput bola dengan menanyakan perkembangan produk atau motif baru ke para reseller. Saya bekerja sama dengan orang Sidoarjo, mereka yang jual, saya yang produksi. Online seluruh Indonesia, enaknya online itu bisa jual terus beda kalau ekspor,” katanya.
Baca Juga: Di Gresik Ribuan Pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD Tumplek Blek
Menurutnya, di awal mulai bisnisnya ia justru ekspor sandal kulit miliknya ke Yaman, Timur Tengah. Tahun 2008, ia memulai ekspor namun dalam satu kontainer ia ekspor barengan, tidak kirim produk sendiri. Yakni kurang lebih 5.000 pasang hingga kemudian dalam setahun bisa sampai empat kontainer.
“Pasca pandemi tidak ada ekspor. Terakhir 2019 bukan karena pandemi tapi karena di negara tujuan terjadi konflik. Tahun 2010 itu permintaan ekspor sudah mulai berkurang meski masih ekspor hingga 2019. Untuk ekspor harga jauh lebih bagus beda dengan juap di lokal,” ujarnya.
Namun lanjut lulusan SMEA A Yani Kota Mojokerto ini, permintaan banyak online daripada ekspor. Ia menceritakan, saat ekspor di tahun 2008 dalam satu bulan ia kirim 11 ribu pasang. Jumlah tersebut hampir sama dengan online hanya lebih rutin online karena tidak pernah libur. Dalam satu tahu ia ekspor hingga empat kontainer.
Baca Juga: 143 ASN Pemkab Tuban Dilantik, Bupati: Jangan Kerja karena Dilihat Atasan
“Tapi kerja hanya 9 bulan. Kalau online full tidak pernah libur tapi kalau ekspor harga jauh lebih bagus. Ekspor sepasang di harga Rp110 ribu sampai Rp125 ribu, lokal maksimal Rp80 ribu. Pas ekspor, karyawan sampai 50 orang, sekarang 35 orang. Peminat sandal kulitnya di dalam negeri juga tidak kalah dengan luar negeri,” tuturnya.
Sandal kulit miliknya menggunakan kulit sapi grade A dengan jenis crazy horse yang memang notabenenya kulitnya lembut dan sangat nyaman. Produk sandal kulit yang diberi nama merk Giardo tersebut dibandrol dengan harga Rp200 ribu sampai Rp300 ribu untuk ritel.
“Grosir minimal ambil 100 pasang, harga Rp125 ribu per pasang. Untuk ekspor tujuan negara lain, saya belum punya koneksi, terakhir dengan Sudan hampir deal tapi harga 11 dolar terlalu mahal, minta 9 dolar. Saya dulu ada 8 buyer, saya hanya mensuplay, memproduksi tergantung permintaan buyer, semua dokumen dibantu,” jelasnya.
Baca Juga: Kasus Perempuan Tangan Putus, Polres Tuban Masih Dalami
Ia memaksimalkan kemitraan dengan supplier kulit, supplier material outsol, dan bahan baku, dan sebagian digunakan bon payment dari buyer. Ia berharap pemerintah dapat membantu memperkuat buyer sehingga dalam sehari akan mampu ekspor secara rutin.
“Dengan ekspor produk Indonesia bisa berkompetisi di luar tidak hanya lokal dan bisa merekrut tenaga kerja selama ini mengalami kelesuhan pasca pandemi karena pasar agak terkendala, jual agak sudah dan harga agak kurang baik. Untuk saat ini, keuntungan bersih sebulan masih di angka Rp15 juta sampai 20 juta,” tegasnya. [tin/ian]
—
Ikuti kami di 👉https://bit.ly/392voLE
#beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp