Penguatan Peran Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan. đ
Surabaya (beritajatim.com) â Peran perempuan dalam pengelolaan hutan dan lahan di Indonesia sangat penting. Mereka telah lama menjadi garda terdepan dalam menjaga sumber daya alam ini. Dalam upaya untuk memperkuat peran perempuan dan generasi muda dalam pelestarian hutan dan lingkungan, Gender Focal Point (GFP) hadir sebagai salah satu motor penggerak. GFP merupakan representasi dari Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) yang bertujuan untuk mendorong penerapan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender dalam program-program CSO.
GFP berfungsi sebagai fasilitator untuk kelompok perempuan di tingkat lapangan, mendorong mereka agar dapat lebih aktif dalam pengelolaan hutan dan lahan secara berkelanjutan, termasuk dalam program perlindungan hutan sosial (perhutsos). Sejumlah kelompok perempuan yang dibimbing oleh GFP telah menunjukkan potensi luar biasa dalam memimpin dan berperan aktif dalam program-program yang berfokus pada perlindungan lingkungan hidup dan pengelolaan hutan di wilayah mereka.
Ike Sulistiowati, Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Surabaya, menyebut mereka sebagai âWomen Championâ yang berperan sebagai pembaharu. Demikian juga, generasi muda yang berperan dalam menjaga hutan disebut âYouth Championâ. Pendekatan ini sejalan dengan upaya The Asia Foundation sejak tahun 2015 dalam menerapkan pendekatan yang responsif terhadap isu gender (Gender Responsive Approach/GRA) dalam program pengelolaan lingkungan.
âDalam kerangka program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Perbaikan Tata Kelola (SETAPAK), The Asia Foundation telah memperkuat koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) yang berkomitmen untuk mendorong keadilan dan kesetaraan gender dalam program-program lingkungan dan kehutanan melalui GFP,â kata Ike.
BACA JUGA:
KPU Sumenep Tetapkan 562 Caleg DPRD, Ini Persentase Keterwakilan Perempuannya
Lebih dari 10 organisasi yang bergabung dalam GFP, termasuk PUPUK, GeRAK, HAKA, FITRA, ICEL, Sikola Mombine, KBCF, LBBT, TLKM, Q-BAR, LivE, JARI Borneo, Pt.PPMA, KIPRA, GEMAPALA, PINUS, YESL, dan PHAP telah memberikan pendampingan kepada kelompok perempuan dan generasi muda dalam upaya mereka untuk menjaga hutan dan lingkungan dengan berkelanjutan.
The Asia Foundation terus memberikan dukungan teknis, penguatan kelompok perempuan dan generasi muda, serta pelatihan untuk memperkuat kapasitas mereka. Mereka telah aktif di 14 provinsi di Indonesia.
Untuk memperkuat peran mereka, Konferensi dan Kongres âPerempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan; Merawat Hutan, Memperkuat Kesetaraan, dan Menjaga Ketahanan Pangan Lokalâ telah dimulai hari ini, tanggal 7 hingga 11 November 2023, di Premiere Ballroom Hotel Santika Premiere Gubeng, Surabaya.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Country Representative The Asia Foundation Hana Satriyo, Arianne Santoso dari Google Indonesia, dan Gubernur Bengkulu Dr. Rohidin Mersyah.
Menurut Ike, acara ini dihadiri oleh 200 peserta dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Gender Focal Point, Women Champion, dan Youth Champion yang berasal dari 14 provinsi, mulai dari Aceh, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, hingga Papua. Selain itu, sektor swasta dan mitra pembangunan juga turut hadir.
Hingga tanggal 11 November mendatang, para peserta akan mengikuti berbagai kegiatan dalam konferensi dan kongres ini, termasuk seminar, sesi coaching clinic untuk meningkatkan kapasitas, pertemuan dengan pembeli untuk mengembangkan akses pasar, diskusi kelompok perempuan dan generasi muda (PGM), bedah buku, dan berbagi informasi praktik baik yang berkaitan dengan peran PGM dalam menjaga hutan.
BACA JUGA:
Bangun Ruang Sastra Perempuan Lewat Sastrastri
Acara ini diharapkan akan memperkuat kerja sama antara perempuan dan generasi muda dalam upaya pengelolaan hutan yang berkelanjutan, sambil juga memperkuat kesetaraan gender. Selain itu, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui akses pasar bagi produk berbasis perhutanan sosial juga menjadi salah satu fokus utama dalam acara ini.
Ike menegaskan bahwa acara ini menjadi kesempatan bagi para peserta untuk berbagi cerita, mengembangkan diri, dan membangun kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan. Acara ini juga akan membahas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kelompok perempuan dan generasi muda, termasuk sumber daya terbatas dan infrastruktur yang belum merata.
Hari ini, acara pembukaan berlangsung hingga pukul 16.00, dengan peserta mengikuti empat materi berbeda dengan empat tema yang beragam. Tema I membahas âAkses Wilayah Kelola Bagi Kelompok Perempuan,â Tema II mengupas âAkses Pendanaan dan Pasar Bagi Kelompok Perempuan dan Anak Muda Pengelola Perhutanan Sosial,â Tema III fokus pada âAksi Anak Muda dalam Menjaga Hutan dan Ketahanan Pangan,â dan Tema IV mengeksplorasi âPemanfaatan STEM Dalam Pengelolaan Lahan dan Hutan Secara Berkelanjutan.â [pul/beq]
—
Ikuti kami di đhttps://bit.ly/392voLE
#beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp